Jurnal Refleksi Dwimingguan MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID

 

Jurnal Refleksi Dwimingguan

MODUL 3.3

PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID

Oleh:

AHMAD HADZIQ ZAKA

CGP Angkatan 5 Kabupaten Semarang

 

Kamis, 3 Nopember 2022 kegiatan pendidikan CGP Angkatan 5 memasuki modul 3.3 dengan judul “ Pengelolaan program yang berdampak positif pada murid”. Sekilas dari judul tersirat akan materi yang dipelajari adalah tentang kinerja sebagai seorang pemimpin pembelajaran memandang potensi sumber daya yang dimiliki sekolah,  modul ini akan mengajak untuk senantiasa melihat sumber daya sebagai aset/kekuatan yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran yang berpihak pada murid.  

Di dalam modul ini, saya mengeksplorasi bagaimana sesungguhnya kita dapat mendorong student agency (yang dalam modul ini diterjemahkan sebagai kepemimpinan murid) dalam pengelolaan program-program di sekolah. Mendorong kepemimpinan murid dalam program sekolah bukan hanya memungkinkan murid untuk belajar menjadi individu yang lebih bertanggung jawab, berdaya, dan kontributif, namun, pengalaman dan kebermaknaan yang mereka dapatkan dari proses belajar mereka dalam program-program sekolah tersebut sesungguhnya akan memberikan bekal untuk mereka menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat, sehingga, ketika berbicara tentang dampak, maka dampak positif dari proses belajar yang dilalui oleh murid-murid kita saat ini tentunya akan dapat terus dirasakan oleh mereka di sepanjang hidupnya.

Pada alur muali diri sendiri yang mulai saya kerjakan pada hari jumat, 4 Nopember 2022, saya melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar saya di masa lalu untuk menyimpulkan apa yang dimaksud dengan program yang berdampak pada murid. Disini saya berusaha melihat kembali perspektif atau cara pandang tentang program yang berdampak positif pada murid. Selama ini, sering sekali bahwa program-program sekolah, baik program intra kurikuler, program ko-kurikuler, atau program ekstra kurikuler pengelolaannya hanya menempatkan murid-murid sebagai objek dari program-program tersebut. Mereka memang melakukan, atau menjalankan program-program tersebut, namun banyak yang kesulitan untuk mengambil makna dari pengalaman mereka tersebut karena hanya merasakan keterlibatan  itu sebagai sebuah keharusan untuk terlibat, rutinitas, kewajiban yang harus dijalankan, atau hanya sekedar sebuah kegiatan yang menyenangkan untuk dilakukan. Padahal, sejatinya bahwa pengambilan makna adalah esensi dari proses belajar itu sendiri.

Pada tahapan eksplorasi konsep, saya mendapatkan pengetahuan tentang definisi kepemimpinan murid , makna dan dampak dari suara, pilihan, dan kepemilikan murid dalam konsep kepemimpinan murid, lingkungan yang mendukung tumbuhkembangnya kepemimpinan murid, dan cara pelibatan komunitas untuk mendukung tumbuhnya kepemimpinan murid.

Untuk mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang suara, pilihan, dan kepemilikan murid dan upaya menemukenali aspek suara, pilihan, dan kepemilikan murid dalam suatu kegiatan sekolah, dalam LMS terdapat forum diskusi. Dikusi secara asinkron, dimana CGP dapat menganalisa sejauh mana suara, pilihan, dan kepemilikan murid dipertimbangkan dalam sebuah contoh program/kegiatan instrakurikuler, kokurikuler, atau ekstrakurikuler sekolah. Pada forum diskusi mendapatkan ilmu dan pengalaman dari rekan CGP di sekolah lain dan beda jenjang dalam upaya merancang sebuah kegiatan yang melibatakan murid dalam hal suara, piliham, dan kepemilikan program. Pada sesi ini saya mengusung programsekolah berjudul Pelita Dunia. Pelita Dunia adalah akronim dari kata pelayanan literasi digital untuk Negsas Prima. Disini saya menceritakan bagaimanakan kegiatal literasi di sekolah sebagai bentuk pelibatan murid dalam program sekolah.

Hari selasa, 8 Nopember 2022 pembelajaran LMS memasuki tahapan ruang kolaborasi sesi satu yang dijadwalkan pada pukul 19.00 s.d 21.15 WIB. Di sesi ini bisa bertatap muka dengan fasilitator, guru pengajar praktik dan CGP.  Berdasarkan pemahaman tentang konsep kepemimpinan murid, secara berkelompok mendiskusikan untuk membuat gambaran umum sebuah program atau kegiatan sekolah yang mempromosikan suara, pilihan, dan kepemilikan murid. Dari hasil diskusi kelompok  kami menyepakati untuk mengusung program “Batik Jumputan sebagai Kearifan Local”. Hasil diskusi dituangkan dalam media presentasi sebagai bahan paparan di  sesi kedua.

Rabu, 8 Nopember 2022 dilanjutkan vicon ruang kolaborasi sesi kedua dari pukul 19.00 s.d 21.15. Di sesi kedua ini tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal. Kelompok kami mendapatkan jatah tampil ke-3. Hasil presentasi mendapatkan tanggapan daan support yang baik dari rekan kelompok lain maupun dari fasilitator. Justru medapatkan support untuk menjadikan program batik jumputan ini menjadi branding sekolah.

Tahapan demonstrasi kontekstual dari modul 3.3 adalah mendapatkan tugas untuk mengembangkan ide dari ruang kolaborasi menjadi sebuah prakarsa perubahan dalam bentuk rencana program atau kegiatan sekolah yang memanfaatkan model manajemen BAGJA. Disini kami mendapatkan pemantik untuk memunculkan perencanaan program sekolah yang nantinya dapat diturunkan menjadi prakarsa perubahan. Tahapan ini sebatas mengeksplorasi gagasan dan membuat gambaran umum, maka tahapan ini saya mencoba membuat rencana perubahan terkait program/kegiatan yang akan diterapkan. Kegiatan yang saya angkat dalam tugas modul 3.3 adalah kegiatan literasi di sekolah yang perlu digiatkan dan ditumbuhkembangkan lagi.

Pada hari sabtu, 12 Nopember 2022 pembelajaran memasuki tahap elaborasi pemahaman. Elaborasi pemahaman dilaksanakan secara vicon dengan instrukurnya Ibu Dwi Setyowati Hilga dari SMK Negeri 1 Wonosobo. Kegiatan vicol dilaksanakan dari pukul 15130 s,d 17.00 WIB. Melalui diskusi dan tanya jawab dengan instruktur, saya dapat mengelaborasi pemahaman tekait dengan program atau kegiatan pembelajaran yang mampu menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. Disini saya mendapatkan kekuatan dan semangat untuk terus belajar dan mencoba menerapkan apa yang telah dipelajari ke dalam langkah-kangkah konkrit. Proses perjalanan untuk menumbuhkan kepemimpinan murid memang tidaklah mudah, berbagai tantangan akan muncul di sepanjang proses perjalanan dari awal hingga akhir. Namun hal ini adalah hal yang harus dijawab untuk proses kemajuan dan perkembangan sekolah.

Sesi koneksi antar materi pada modul 3.3 berupa membuat hubungan antara materi yang sudah dipelajari dari modul 1.1 sampai ke modul 3.3 dan membuat sintesa pemahaman tentang program sekolah yang berdampak pada murid. Disini saya melakukan kilas balik dan mereview kembali modul-modul sebelumnya serta mengaitkan satu sama lain untuk kemudian membuat sebuah sintesa perubahan. Sintesa pemahaman ini dibuat dalam bentuk atau format tulisan reflektif tentang program yang berdampak pada murid. Hasil tulisan reflektif saya buat di blog pribadi dengan tujuan agar bias bermanfaat bagi para pembaca di dunia maya.

Aksi nyata dari modul 3.3 adalah menjalankan tahapan B (buat pertanyaan) dan A (ambil pelajaran) berdasarkan model prakarsa perubahan B-A-G-J-A yang telah dibuat sebelumnya pada tahapan demonstrasi kontekstual dalam sebuah aksi nyata. Dalam aksi nyata modul ini saya mengangkat budaya literasi di sekolah dengan nama PELITA DUNIA. Untuk memunculkan tahapan B (buat pertanyaan) dan A (ambil pelajaran) saya berkolaborasi dengan rekan sejawat, murid dan juga meminta dukungan dan saran dari kepala sekolah. Tujuan kolaborasi ini untuk meminta dukungan dan masukan agar kegiatan ini dapat dijalankan di semester yang akan datang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jejak Sunan Kalijogo di desa Jatirejo Suruh kabupaten Semarang

Catatan Lokakarya Orientasi Program Guru Penggerak Angkatan 10 Kabupaten Semarang

Cerita Pengayaan Sains Floem Bikin Galau (kasus mencangkok)