JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN MODUL 2.1 PEMBELAJARAN UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN MURID

JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN

MODUL 2.1

PEMBELAJARAN UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN MURID

Model Driscoll

Model ini diadaptasi dari refleksi yang digunakan pada praktik klinis

(Driscoll & Teh, 2001).)

Oleh:

AHMAD HADZIQ ZAKA

CGP Angkatan 5 Kabupaten Semarang

 

1)      WHAT? (Deskripsi dari peristiwa yang terjadi)

Tanggal 30 Agustus 2022 memasuki modul 2.1 dengan judul Pembelajaran Untuk Memenuhi Kebutuhan. Membaca judul dari modul 2.1 mengingatkan kembali tupoksi sebagai seorang penuntun yang menghadapi murid yang beragam. Dimana guru harus dapat menyediakan pengalaman belajar yang memastikan bahwa semua murid, dengan segala keragamannya dapat kita penuhi kebutuhan belajarnya, sehingga mereka dapat menunjukkan kompetensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan setelah lulus atau menyelesaikan setiap jenjang pendidikannya. Solusi keberagaman murid adalah dengan menerapkan  pembelajaran berdiferensiasi.

Mempelajari materi ini adalah sangat mengasyikkan karena memang saya butuhkan sekali dalam menuntun murid di kelas. Materi ini merupakan kompetensi utama yang harus dimiliki oleh seorang guru sebelum berhadapan dengan murid. Pembelajaran differensial sendiri dimaknai sebagai serangkaian keputusan masuk akal yang dibuat guru yang berorientasi kepada kebuthan individu setiap murid. sendiri dimaknai sebagai serangkaian keputusan masuk akal yang dibuat guru yang berorientasi kepada kebuthan individu setiap murid. sendiri dimaknai sebagai serangkaian keputusan masuk akal yang dibuat guru yang berorientasi kepada kebuthan individu setiap murid. sendiri dimaknai sebagai serangkaian keputusan masuk akal yang dibuat guru yang berorientasi kepada kebuthan individu setiap murid. sendiri dimaknai sebagai serangkaian keputusan masuk akal yang dibuat guru yang berorientasi kepada kebutuhan individu setiap murid.

Setelah sesi eksplorasi konsep yang dilakukan secara mandiri dilanjutkan dengan sesi ruang kolaborasi. Ruang kolaborasi tediri atas dua pertemuan. Sesi satu adalah pemaparan singkat tentang pembelajaran berdiferensiasi oleh fasilitator yakni Bapak Sahroni dilanjutkan dengan diskusi kelompok di room. Kelompok saya terdiri atas 4 orang CGP dan mendaptkan tugas usntuk menganalisis pembelajaran berdiferensiasi kasus 3-SMP. Pada diskusi kelompok berjalan seru, terjadi usul, saran, masukan dan terkadang debat dengan alasan yang akurat. Diskusi ini sangat bermutu dan inspiratif karena rekan CGP adalah orang-arang yang luar yang juga berasal dari jenjang SMP. Materi presentasi langsung dibuat saat diskusi dan langsung siap tayang untuk sesi berikutnya.

Sesi ruang kolaborasi dilanjutkan di hari berikutnya dengan sesi 2 berupa diskusi klasikal. Saya berperan sebagai presenter. Diskusi berjalan sempurna dengan banyaknya antusias dari kelompok lain untuk akif dalam diskusi. Bahkan alokasi waktu 30 menitpun masih ada yang ingin bertanya, namun wkatu yang memaksa untuk menghentikan dan berlanjut pada kelompok yang lain.

Memasuki Ruang elaborasi bersama Bapak Simon Rafael langkah pembelajaran selanjutnya. Disini saya mendapatkan penguatan serta pencerahan akan bagaimanakah penerapan pembelajaran berdiferensiasi yang sesuai minat murid. Disini saya berkesempatan dua kali bertanya dan  mendapatkan pencerahan akan pembelajaran berdiferensiasi.

2)      SO WHAT? (Analisis dari peristiwa yang terjadi)

Dalam menghadapi keberagaman kelas yang tinggi saat mengajar tanpa disadari guru telah melakukan mutitasking. Multitasking adalah suatu kemampuan dalam mengerjakan dua atau lebih pekerjaan secara sekaligus dalam satu waktu. Pada guru kemampuan ini terjadi secara secara natural tanpa disadari. Ini bertujuan untuk memastikan setiap murid di kelasnya sukses dalam proses pembelajaran.

Pada modul ini menemukan pencerahan dalam menuntun murid sesuai minatnya adalah dengan melakukan pembelajaran berdiferensiasi. Untuk melakukan pembelajaran berdiferensiasi, guru harus mengetahui bagaimanakah kesiapan murid, bagaimanakah minat murid, dan bagaimanakah profil belajar murid. Dengan kita mengetahui ketiga aspek itu maka pembelajarn berdiferensiasi yang dilakukan adalah akan sesuai dengan kebutuhan dan minat murid.

Di moduli ini saya mendapatkan hal baru tentang learning gap. Selama ini saya mendefinisikan learning gap adalah kesenjangan hasil belajar yang tercipta antara anak yang kemampuan diatas dengan anak yang kemampuannya rendah setelah proses pembelajaran dilakukan. Namun ternyata yang dimaksud kesenjangan adalah pencapaian yang ditunjukkan murid yang tidak sesuai dengan potensi pencapaian yang seharusnya dapat ditunjukkan oleh murid tersebut. Ada istilah pembelajaran berdiferensiasi yang akan memungkinkan guru memaksimalkan potensi peserta didik dengan meminimalisir kesenjangan belajar (learning gap), materi menarik untuk didalami.

 

Mencoba membaca dan mendalami materi ini, kemudian mencoba menyusun rencana pembelajaran yang merupakan salah satu tugas yang harus dikumpulkan bukan hal yang mudah. Membuat rancangan pembelajaran yang berdiferensiasi secara konten, proses, dan atau produknya adalah hal yang sangat menantang. Bukan waktu sebentar untuk membuat RPP jenis ini. Sehingga muncul tanya dalam pikiran, apakah ketiga strategi diferensiasi pembelajaran ini harus ada ditiap rancangan proses pembelajaran? Ataukah boleh hanya mengambil satu atau du strategi saja? Alhamdulillah pertanyaan ini terjawab oleh pak Simon pada sesi elaborasi.

 

3)      NOW WHAT? (Tindak lanjut dari peristiwa yang terjadi)

Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia maupun anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.  Tugas saya sebagai guru adalah menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan setiap anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan kodratnya. Guru harus mampu bertindak multitasking dalam proses pembelajaran, dalam arti dalam waktu yang sama mampu memfasilitasi murid yang memiliki keberagaman yang tinggi. Untuk itu guru harus menggunakan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid.

Melihat betapa luas keberagaman murid-murid saya, maka sebagai guru, saya perlu berpikir bagaimana caranya kita dapat menyediakan layanan pendidikan yang memungkinkan semua murid mempunyai kesempatan dan pilihan untuk mengakses apa yang saya ajarkan secara efektif sesuai dengan kebutuhan mereka. Maka kiranya saya perlu menindaklanjutinya dengan :

1.      Mempelajari materi ini lebih lanjut

2.      Berusaha semaksimal mungkin untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas dengan mengacu kebutuhan murid

3.      Sebelum merancang dan melaksanakan proses pembelajaran perlu didahului dengan mengetahui kesiapan belajar murid, profil belajar murid dan minat murid. Ketiganya ini dapat saya peroleg dengan mengobservasi langsung kepada murid di kelas, Tanya aajawab dengan murid, dana tau atanya dengan guru mapel lain.

4.      Perlu juga kiranya menyampaikan ilmu ini kepada rekan kerja agar ligkungan dimana saya bertugas semuanya mampu menuntun murid untuk memberikan pelayanan yang terbaik.

 

 

“Terus semangat bergerak dan berubah untuk majunya pendidikan Indonesia”


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jejak Sunan Kalijogo di desa Jatirejo Suruh kabupaten Semarang

Catatan Lokakarya Orientasi Program Guru Penggerak Angkatan 10 Kabupaten Semarang

Cerita Pengayaan Sains Floem Bikin Galau (kasus mencangkok)