Koneksi Antar Materi Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya
Koneksi Antar Materi
Modul 3.2
Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya
Oleh:
Ahmad Hadziq Zaka, S.Pd., M.Si
SMP Negeri 1 Suruh
CGP Angkatan 5 Kabupaten Semarang
Dalam berbagai pustaka dikatakan bahwa
pemimpin sekolah mempunyai andil besar dalam menentukan keberhasilan sekolah
yang dipimpinnya, ia mempunyai tangggung jawab penuh dalam menyelaraskan berbagai
komponen pendukung tumbuhnya ekosistem sekolah. Seorang pemimpin sekolah atau pemimpin
pembelajaran yang berkualitas akan mampu memberdayakan seluruh sumber daya di
ekosistem sekolahnya hingga dapat bersatu padu menumbuhkan murid-murid yang
berkembang secara utuh, baik dalam rasa, karsa dan ciptanya. Tak dipungkiri,
pemimpin sekolah merupakan salah satu aktor kunci dalam terwujudnya Profil
Pelajar Pancasila. Sehingga seorang pemimpin pembelajaran harus tahu atau
mengenali semua sumber daya yang ada di ekosistem sekolahnya untuk
didayagunakan dalam rangka mewujudkan visi sekolah yang dipimpinnya.
Pada tahap ini
pemimpin pembelajaran dituntut untuk senantiasa
melihat sumber daya sebagai aset/kekuatan yang dimiliki dapat dimanfaatkan
untuk pembelajaran yang berpihak pada murid. Pemimpin pembelajaran harus mampu
memetakan segala potensi sumber daya yang ada di ekosistem sekolah untuk menuju
prakarsa perubahan yang diinginkan. Tidak hanya berkeluh kesah dengan
kekurangan yang ada, tetapi justru berpikir dengan asset dan kekuatan yang ada
untuk dimaksimalkan dalam upaya meraih keberhasilan.
Untuk
mengimplementasikan peran diri sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang mampu
mengelola sumberdaya maka diperlukannya observasi bersama terhadap aseet yang
ada di ekosistem sekolah. Seorang pemimpin pembelajaran duduk bersama dengan
segenap elemen pendukung sekolah seperti rekan guru, karyawan, murid, orang
tua, dan tokoh setempat. Pada pertemuan semua elemen sekolah ini membahas
tentang ekosistem sekolah dan visi sekolah dengan menggunakan pendekatan
berbasis asset atau kekuatan. Dengan mempertemukan semua elemen sekolah maka
diharapan semua elemen sekolah memiliki mimpi yang sama yang terejawantahkan
dalam visi dan misi sekolah khususnya adalah proses pembelajaran yang berpihak
pada murid.
Pengelolaan sumber daya sekolah yang tepat
akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. Sebagai
contoh sekolah dalam hal ini kepala sekolah ingin membuat prakarsa perubahan
berupa pemberian layanan pembelajaran berdiferensiasi yang berpihak pada murid.
Untuk dapat melaksanakan pembelajaran
berdiferensiasi maka perlu melihat bagimanakan kesiapan modal yang ada di
sekolah. Pada modal manusia, sudahkah guru hadir memberikan pembelajaran yang
berkualitas? Sumber daya guru yang berkualitas adalah investasi penting dalam
menciptakan proses pembelajaran murid yang berkualitas. Disini muncul tanya,
apakah gurunya sudah berkualitas? Jika belum, maka perlu upaya untuk mengelola
guru sebagai modal agar memenuhi standar yang dibutuhkan. Keberadaan murid juga
modal manusia pendukung sekolah. Keberagaman murid baik dari segi kemampuan,
gaya belajar, ekonomi, lingkunngan, minat, dan motivasi akan sangat
mempengaruhi proses pembelajaran. Peran pemimpin pembelajaran harus hadir
mengelola keberagaman ini agar tetap mampu memberikan pelayanan yang
berkualitas. Pada modal politik, Seorang pemimpin pembelajaran harus mampu
hadir di ekosistem sekolah dengan kemampuan untuk mempengaruhi distribusi
sumber daya yang ada untuk prakarsa pembelajaran yang berkualitas. Ini adalah
salah satu asset sekolah yang dapat digunakan untuk melahirkan
kebijakan-kebijakan yang berorientasi pada peningkatan kualitas pembelajaran.
Sebagai contoh seorang pemimpin pembelajaran dengan kewenangan yang dimilikinya,
menggunakan kewenangannya untuk membuat kebijakan-kebijakan yang mengakomodir
kepentingan warga sekolah dan peningkatan kualitas pembelajaran yang berpihak
pada murid.
Mempelajari dan bertindak sebagai seorang pemimpin
dalam pengelolaan sumber daya perlu berlandaskan pada filosofi Ki Hajar
Dewantara. Ki Hajar Dewantara dalam salah satu pandangannya mengatakan bahawa
tujuan pendidikan adalah upaya menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak,
agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya
baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam upaya menuntun
ini dibutuhkan kemampuan seorang pemimpin untuk mampu mengelola sumber daya
yang ada di ekosistem sekolah dengan cara terbaik.
Pemimpin harus mampu memanfaatkan asset yang
ada di sekolah untuk menuntun murid, tidak berkutat pada keluhan ketiadaan asset
atau menunggu asset yang baru. Seorang pemimpin pembelajaran harus mengadopsi
mentalitas “berpikir berbasis aset” yang mengapresiasi dan memanfaatkan
kekuatan atau sumberdaya yang telah dimiliki, bukan berkutat pada apa yang
tidak dimiliki. Dengan demikian, seorang pemimpin pembelajaran diharapkan dapat
beranjak dari keadaan diri yang kurang berkesadaran menuju ke diri yang
berkesadaran penuh. Kesadaran penuh bersama lima keterampilan sosial-emosional
(kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan relasi, dan
pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dan beretika) yang memungkinkan
bertumbuhnya pola pikir dan nilai-nilai yang diharapkan menumbuh.
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran sudah seharusnya menanamkan
nilai-nilai kebajikan dalam diri. Sehingga dalam mengambil keputusan selalu
didasarkan pada nilai kebajikan tersebut. Dengan mendasarkan pada nilai
kebajikan akan terlihat keputusan yang mencerminkan pribadi yang bersangkutan. Seorang
pemimpin senantiasa memberikan semangat dan dukungan dalam pross pengambilan
keputusan, disini peran yang diharapkan dapat menuntun murid dalam memilih apa
yang mereka minati agar dapat mengembangkan potensi dirinya. Kemudian pemimpin
pembelajaran hendaklah mempunyai sifat "Handayani" atau among yang
berarti mengasuh dan memberikan dorongan kepada murid dengan penuh cinta kasih.
dalam pengambilan keputusan guru berperan sebagai coaching dalam penyelesaian
masalah. Dalam upaya meningkatkan proses pembelajaran perlu hadirnya coaching
(bimbingan) dari pendamping atau fasilitator. Dengan strategi coaching dari
fasilitator maka potensi seseorang sebagai pemimpin pembelajaran dapat digali
secara maksimal sehingga dalam pengambilan keputusan dapat lebih efektif serta
mengarah pada hal-hal yang positif dan berpihak pada murid dan
bertanggungjawab.
Seorang pemimpin pembelajaran yang memiliki kompetensi sosial dan
emosional baik akan dapat mempertimbangkan setiap keputusan dengan lebih bijak.
Pengelolaan emosi, pikiran dan perilaku secara efektif dapat memunculkan
keputusan yang bijak dan bertanggung jawab. Kemampuan untuk memahami segala
permasalahan dari berbagai sisi akan memunculkan rasa empati dan pengelolaan
diri dengan kesadaran penuh (Mindfulness) akan sangat berpengaruh dalam
pengambilan keputusan. Dengan kematangan social dan emosional seorang pengambil
keputusan akan terbentuk suatu kesadaran dan kesiapan jika dihadapkan pada
berbagai pilihan, konsekuensi yang akan terjadi dan meminimalisir kesalahan
dalam pengambilan keputusan.
Sebelum mempelajari materi “pemimpin dalam pengelolaan sumber daya”
pemikiran yang ada pada diri saya cenderung berpikir dengan berpendekatan
masalah. Artinya setiap menghadapi suatu masalah atau tantangan yang akan
dihadapi, saya cenderung tidak bisa berkembang karena ketiadaan suatu hal. Saya
lebih focus pada kekurangan yang saya miliki dibandingkan dengan potensi yang
saya miliki. Selalu mengidentifikasi kebutuhan dan kekurangan yang ada. Berfokus
mencari bantuan agar kekurangan agar segera dapat terpenuhi. Namun setelah
mempelajari materi “pemimpin dalam pengelolaan sumber daya”, pola pikir
bergeser pada mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya yang ada agar bisa
dimaksimalkan untuk meraih tujuan. Memfokuskan pada asset dan kekuatan yang
sudah dimiliki. Membayangkan masa depan dengan asset yang ada. Merancang sebuah
rencana berdasarkan visi dan kekuatan yang ada.
Luar biasa....Ikut belajar nggih 👍👍
BalasHapus